Senin, 19 September 2011

SEMANGAT ARUMONO SAGASHI

 By: Wendi Dasor - Volunteer Increase

Pak Yan Ghewa - Fasilitator Lokalogi
Hari sabtu 10 September 2011 laju kendaraan bergerak kearah barat Kota Kupang. Nekamese masih menanti karena itu menjadi tujuan perjalanan para awak Increase. Kami paling beruntung karena tiba lebih awal dari teman-teman. Ada banyak waktu untuk mengenal lokasi, beradaptasi maklum saya baru bergabung pada hari itu dalam tim.
            Satu persatu sepeda motor muncul. Orang baru bagiku tetapi bagi mereka sudah tak asing lagi. Para awak Increase yang dinahkodai oleh Kak Sipri sudah bergabung. Satu persatu aku memperkenalkan diri buat lebih akrab. Maklum agar lekas at home.
            Tampak pucat, lemah lesu tak bersemangat. Rupanya semua pada kelelahan. Kampung tengah belum juga terisi. Tanpa dikomando hidangan diserbu buat pulihkan kembali tenaga yang sudah terkuras habis. Dalam sekejab pula semua tampak bersemangat. Ada canda tawa, seolah-olah amnesia atas semua yang sudah berlalu.
            Tidak terasa matahari sudah bergerak menjauh dari titik tengah pertanda hawa panas perlahan tak terasa. Sekitar pkl. 03.00 sore semua awak berkumpul dalam satu garis komando. Angin kencang turut menyaksikan peristiwa tersebut. Dalam balutan selimut kaca awak Increase mendengarkan dengan seksama arahan dari Pak Yan. Pak Yan selagi lagi memberikan motivasi buat para awak agar tetap eksis dan bersemangat dalam setiap tugas dan pelayanan.

Suasana diskusi Konsep Arumono Sagashi di SL Nekamese
Pengetahuan baru, segar, bersemangat menghipnotis semua peserta. Arumono Sagashi matikan semua rasa. Akan tetapi ada agenda yang terlupakan. Kunjungan ke dusun yang sedianya dibuat pada sore itu dilupakan. Ada cerita belasan warga desa sedang menunggu. Tapi semuanya tidak kecewa, tanpa merasa bersalah karena pengalaman berharga baru saja dialami.
            Sudah separuh malam dilewatkan, Pak Yan menyadarkan peserta tuk waktunya makan malam. Tidak terlambat pula karena semuanya masih terasa kenyang.
            Mumpung masih ada waktu, setelah makan malam, awak Increase kembali bergabung melnajutkan cerita-cerita ilmiah. Kali ini Pak Farris tampil sebagai ide cerita. Menantang, tegas menyadarkan peserta agar terus berjuang Meng-eksis-kan Increase, terutama di dalam pola pelayanan kepada masyarakat. Pada kesempatan ini pula Pak Faris mendengar laporan dari Kak sipri selaku Direktur Increase mengenai perkembangan Increase saat ini hingga program yang akan datang.  Dan tak terasa malam semakin larut perlahan kelopak mata semakin lemah tak berdaya. Kak Sipri kembali menegaskan agenda keesokan harinya sebelum semua terbawa dalam hilangnya aroma malam. Tenang, nyaman, dan udara yang sejuk turut menemani tidur kami malam itu.
            Bangun..bangun..suara dari kak Feni manyadarkan kami semua bahwa hari pagi sedang menunggu. Handuk begitu saja disambar semua bergegas ke kamar mandi. Maklum hari itu adalah hari Minggu, kami semua harus ke Gereja.
            Kopi hangat sudah menanti tuk menyegarkan urat-urat terkaku. Disertai pisang rebus ala Nekamese cukup mengenyangkan dan memperkuat acara kami sepanjang hari itu. Dan sesuai agenda dibawah pimpinan rombongan Kak Sipri,  awak increase bergerak menuju desa Oenif. Bpk Kepala Desa Oenif sudah sabar menunggu kedatangan awak-awak ini. Suasana kearaban tampak dari kerutan roman mukanya. Kami semua senang dan bahagia dibuatnya. teh hangat dan ubi produksi modern turut mewarnai alur cerita santai kami. Jurus tempuh arumono Sagashi terlampau mujarab. Bermodalkan kepekaan, sensivitas tiem increase sepakat untuk berkunjung ke Oekona. Dari cerita, Onkona menjanjikan oase kehidupan.
            Perjalanan ke Oekona bagi kami tidak terlalu melelahkan. Jarak tempuh yang menghabiskan waktu sekitar 1 stengah jam tidak melunturkan semangat tim ini. Maklum bukan tujuan yang ingin kami peroleh melainkan menikmati proses untuk mencapai tujuan tersebut. Pemandangan alam yang indah dan menawan memperindah langkah kaki yang kian berat karena semakin jauh melangkah. Sejenak kami berhenti mempertontonkan hal-hal aneh dan menarik disepanjang perjalanan menuju Okona. Juru potret selalu siap siaga menjepret setiap obyek yang baginya menarik. Sesekali pula kami menunjukkan aksentuasi ala model didepan kamera,  mumpung keindahan alam yang masih bersedia menemani latar digital kami.
            Oekona berarti air yang muncul dari dalam batu. Tidak mengherankan karena mata airnya muncul diantara bebatuan dan akar-akar beringin. Memang tidak  ada sesuatu yang luar biasa ketika kami sampai di Oekona. Air yang alami, belum tersentuh oleh tangan-tangan polusi. Tampak sedikit keruh oleh air yang bercampur dedaunan. Walaupun demikian mata air Oekona memberikan kesegaran bagi setiap orang yang merasakannya.
            Oekona adalah mata air yang potensial untuk usaha-usaha pertanian bagi warga sekitarnya. Akan tetapi Oekona  masih dalam diam tak terjamah. Mata air yang berasal dari dalam batu itu kembali lagi ke dalam batu, tanah akibat tak ada orang yang memanfaatkannya.
            Setelah menghabiskan sedikit waktu di Oekona, para awak Increase bergegas kembali kedesa Oenif. Jalur yang ditempuh pun berbeda dari jalur di waktu datang. Waktu yang ditempuh pun sedit lebih panjang. Tampak rasa haus, lapar dan lesu. Sepotongan kayu satu persatu dilirik buat membantu topangan urat-urat kaki yang sudah mulai menegang. Tetapi awak increase tetap bersemangat. Kelapa muda tampak pula sebagai dewa penolong yang memberikan kelegaan pada setiap awak Increase.
            Keadaan alam sepanjang perjalanan pulang tidak jauh berbeda dengan keadaan alam diwaktu datang. Tampak alam yang rindang, hijau tetapi juga alam yang gersang. Di beberapa tempat ada lahan yang dibakar untuk persiapan musim tanam. Para awak Increase tiba kembali di Oenif sekitar Pkl. 05.00 sore. Saatnya semua awak melepaskan semua rasa lelahnya. Hidangan yang lezat masih menanti disantap.
Dari Oenif kami kembali kerumah masing-masing dengan seribu cerita dan pengalaman baru yang pasti tak terlupakan. Awak Increase telah membuat sejarah dan sejarah itu tidak bisa terhapus dalam ingatan karena ia sudah terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar