Senin, 02 Mei 2011

PROFIL INCREASE


INSTITUTE of CROSS-TIMOR for ECONOMIC AND SOCIAL DEVELOPMENT
Jl. Asoka No. 20, RT20/RW09, Oetona Kelurahan Bakunase, Kecamatan Oebobo
Telp/faks 0380-829096, 081339177274
increasetimor@yahoo.com, web.increase-timor.blogspot.com

Dalam perjalannya setelah termarjinalisasi akibat represi kekuasaan pusat selama tiga dekade ternyata tidak mudah bagi masyarakat lokal untuk dapat mengartikulasikan otonominya. Sejatinya, masyarakat harus memaksimalkan peluang otonomi ini dalam hal pengelolaan sumber daya yang mereka miliki dan mengurangi ketergantungan mereka terhadap input dari luar. Namun program pembangunan khususnya pendekatan program pembangunan masih sebatas “Title Program belum melaksanakan pemberdayaam masyarakat sesungguhnya. Sejauhmana kekuatan dan kemandirian masyarakat dalam menggunakan kesempatan dan fungsi-fungsi yang telah dialihkan tersebut secara maksimal khususnya dalam hal pengambilan kebijakan lokal menjadi pertanyaan yang sering muncul.

Untuk ISSUE itulah INCREASE berdiri pada tanggal 20 September 2001, selanjutnya dilegalisasi dengan Akte Notaris Publik No. 47/2002 dan dilegalisir pada Kepaniteraan Negeri Kupang pengadilan Negeri Kupang No. 169/An/CV/2002. Lembaga ini dideklarasikan dengan Community Based dan Volounterisme yang berorientasi pada upaya penguatan Posisi masyarakat sipil. Upaya penguatan tersebut dilakukan melalui kajian kritis dan capasity building secara partisipatif terhadap proses dan kebijakan pembangunan yang berdampak pada komunitas marjinal. Ada tiga topik besar yang menjadi fokus kritis InCrEaSe. Pertama masalah mengapa kita (outsider) pergi ke masyarakat?, kedua masalah peran fasilitator sebagai outsider dalam pemberdayaan masyarakat, ketiga masalah bagaimana melakukan analisis issue bersama masyarakat. Ketiga fokus topik tersebut dilakukan dalam upaya membuka peluang bagi komunitas masyarakat untuk membangkitkan kemandiriannya secara khusus dalam pemenuhan kepemilikan bersama (Hutan, Tanah, Air dan Pengetahuan Lokal).

1 komentar:

  1. Setuju banget bung..kita sebagai outsider kadang melihat masalah yang ada di masyarakat dari kacamata kita saja sbg the outsider. Dengan datang bilangan hari sudah langsung bisa memutuskan apa yg menjadi masalah dan kebutuhan mereka. Lalu kembali dengan membawa program yang menurutnya cocok. Namun di satu sisi kadang masyarakat kita juga kurang tahu apa yang sebetulnya menjadi masalah mereka, betul seperti kata bang Fary karena sudah menjadi bagian hidup sehari2 jd tidak dianggap sebagai masalah. Saya melihat di NTT potensi alam (laut, pertanian, kebun) berlimpah namun belum mampu ditingkatkan nilai tambahnya karena mereka tidak tahu kemana mencari informasi teknologi pengolahan value added. Mungkin disitu yang bisa kita tawarkan kepada mereka sebagai intermediator/fasilitator sumber2 teknologi kepada para pengguna teknologi.
    Salam TTG, arie-subang

    BalasHapus